Aku mulai
mengenal donor darah sejak kelas 2 SMA. Sama seperti remaja umumnya, niatku
untuk mendonorkan darahku sangat menggebu-gebu, namun niat yang tulus ini tidak
terlaksana karena salah satu syarat yang tidak bisa terpenuhi yaitu umurku yang
kurang beberapa bulan dari penetapan PMI yaitu 17 tahun. Sedih? Pasti. Karena
niat yang sangat tulus dari seorang remaja SMA sepertiku tidak bisa
tersampaikan. Sejak saat itu aku berpikiran untuk tidak akan mendonorkan
darahku apapun yang terjadi. Aku merasa kecewa karena hanya satu syarat yang
tidak terpenuhi padahal syarat lainnya sudah kupenuhi.
Kemudian ku lanjutkan pendidikanku
di sebuah universitas negeri terkemuka di Kota Malang. Beberapa bulan
menyandang gelar sebagai mahasiswa tidak membuat pikiranku tentang donor darah
untuk berubah. Sampai seorang teman mengajakku ke perayaan ulangtahun pramuka
di kampusku. Disana diadakan berbagai kegiatan sosial seperti kerja bakti,
pemberian beberapa buku dan juga donor darah. Dia memintaku menemaninya untuk
donor darah, dia sangat antusias meskipun bulan lalu dia tidak diijinkan untuk
donor darah karena HB nya kurang.
Setelah mengisi administrasi dia memulai pengecekan tensi, berat badan, dan HB.
Namun lagi-lagi takdir berkata lain HB nya kurang dari syarat yang ditentukan.
Dia tampak sangat sedih, ketika kutanya mengapa tak pernah menyerah donor darah padahal dulu pernah ditolak, dia mulai bercerita. Menurutnya donor darah merupakan kegiatan bersedekah paling mudah. Karena kita tak perlu modal dari luar, kita hanya perlu modal dari dalam yaitu keberanian, ketulusan, dan kesukarelaan. Sedangkan tidak semua orang yang mempunyai itu. Mungkin banyak orang berpikir sedekah harus berbentuk barang padahal kenyataannya tidak. Hanya dengan memberikan 350 cc darah kita selama beberapa menit kita bisa membantu memperpanjang kesempatan hidup orang lain selama bertahun-tahun, bukankah itu hal yang sangat bermanfaat tidak hanya bagi kesehatan kita namun juga kehidupan orang lain?
Jujur, butuh waktu cukup lama bagiku untuk memikirkan hal ini. Namun dengan niat yang tulus untuk bersedekah dan membantu orang lain seperti yang dikatakan temanku tadi aku mulai mendaftarkan diri untuk mendonor dan ternyata Tuhan melancarkan niatku. Aku diberi kesempatan untuk donor darah pertama kalinya dan rasanya gak semenakutkan yang aku kira. Justru ada rasa bahagia dan harapan yang tak terhingga suapaya kantong darah itu sampai ditangan yang tepat dan membutuhkan.
No comments:
Post a Comment