Friday, May 15, 2015

(4) Marla Nur : Aku Donor Karena Tuhan

Anak muda sekarang memang memiliki kisah menarik sendiri-sendiri baik itu kisah positif maupun kisah negatif atau suram. Begitu juga dengan saya merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Kota Semarang. Sebagai seorang mahasiswa saya banyak mendengar bahwa anak tetangga saya  meninggal karena kehabisan darah, saya juga pernah melihat ada orang tua yang kebingungan mencari stok darah untuk anaknya. Saya juga sering menerima sms, broadcast message di Blackberry Messenger tentang seorang bapak yang membutuhkan donor darah.

Berdasarkan apa yang saya rasakan di atas saya berfikir, jika saya yang membutuhkan darah, siapa yang mau menolong saya?, siapa yang mau menyumbangkan darah untuk saya?. Akhirnya hati saya terpanggil untuk donor darah, dimulai saat saya duduk di semester 2 masa kuliah saya. Awal mulanya memang saya paksakan dan hanya ingin tahu bagaimana rasanya donor darah, mungkin hanya sedikit rasa ikhlas dalam hati saya melakukan donor darah pertama saya. Saat mengantri pun saya mulai termotivasi karena dokter dan staf pengambil darahnya cantik-cantik, apalagi ditambah ada makanan ringan yang membuat saya sangat bersemangat melakukan donor darah. Donor darah pertama saya terbilang lacar, tak sedikit pun rasa takut pada jarum suntiknya, saya merasakan senang dan ada hal yang berbeda saat saya donor darah.

Di kegiatan donor darah selanjutnya, saya kembali berfikir banyak orang yang donor darah meskipun mereka sibuk kuliah, kerja sampai sore disempatkan donor darah, motivasi mereka donor itu apa? Sampai saya menyadari bahwa ini adalah ibadah, tidak terasa bahwa kita membantu orang tanpa berinteraksi langsung dengan kita dan secara tidak langsung menjadi sumber kepedulian di tengah kesibukkan kita.

Saat donor darah kembali dilakukan, saat itu hari rabu, yang sebenarnya jadwal kuliah hari itu sangat padat bahkan hanya waktu untuk sholat yang tersisa. Saya pun ijin kepada dosen saya untuk melakukan donor darah sebentar, dan ijin saya dikabulkan oleh dosen saya, entah mengapa tubuh saya secara otomatis selalu ingin donor darah rutin, sampai-sampai ijin kepada dosen untuk meninggalkan kuliah yang juga merupakan kewajiban utama saya. Mungkin ini yang dinamakan panggilan Tuhan, panggilan dari hati.


Akhirnya karena sudah terbiasa donor darah, sekarang saya sering mendonorkan darah di Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Semarang, tak terasa saya sudah donor darah sebanyak 11 kali. Hal ini adalah bukti bahwa membiasakan diri dalam kebaikan apalagi secara ikhlas menyumbangkan darah secara rutin akan menuntun kita pada jalan Tuhan. Kesukarelaan dan kemanusiaan sesungguhnya adalah anugrah serta hidayah dari Yang Maha Kuasa. Lewat donor darah kita bisa merasakan keikhlasan dalam membantu sesama. 

1 comment: