Anak
muda sekarang memang memiliki kisah menarik sendiri-sendiri baik itu kisah
positif maupun kisah negatif atau suram. Begitu juga dengan saya merupakan
mahasiswa di salah satu universitas negeri di Kota Semarang. Sebagai seorang
mahasiswa saya banyak mendengar bahwa anak tetangga saya meninggal karena kehabisan darah, saya juga
pernah melihat ada orang tua yang kebingungan mencari stok darah untuk anaknya.
Saya juga sering menerima sms, broadcast message di Blackberry Messenger
tentang seorang bapak yang membutuhkan donor darah.
Berdasarkan
apa yang saya rasakan di atas saya berfikir, jika saya yang membutuhkan darah,
siapa yang mau menolong saya?, siapa yang mau menyumbangkan darah untuk saya?.
Akhirnya hati saya terpanggil untuk donor darah, dimulai saat saya duduk di
semester 2 masa kuliah saya. Awal mulanya memang saya paksakan dan hanya ingin
tahu bagaimana rasanya donor darah, mungkin hanya sedikit rasa ikhlas dalam
hati saya melakukan donor darah pertama saya. Saat mengantri pun saya mulai
termotivasi karena dokter dan staf pengambil darahnya cantik-cantik, apalagi
ditambah ada makanan ringan yang membuat saya sangat bersemangat melakukan
donor darah. Donor darah pertama saya terbilang lacar, tak sedikit pun rasa takut
pada jarum suntiknya, saya merasakan senang dan ada hal yang berbeda saat saya
donor darah.
Di
kegiatan donor darah selanjutnya, saya kembali berfikir banyak orang yang donor
darah meskipun mereka sibuk kuliah, kerja sampai sore disempatkan donor darah, motivasi
mereka donor itu apa? Sampai saya menyadari bahwa ini adalah ibadah, tidak
terasa bahwa kita membantu orang tanpa berinteraksi langsung dengan kita dan
secara tidak langsung menjadi sumber kepedulian di tengah kesibukkan kita.
Saat donor
darah kembali dilakukan, saat itu hari rabu, yang sebenarnya jadwal kuliah hari
itu sangat padat bahkan hanya waktu untuk sholat yang tersisa. Saya pun ijin
kepada dosen saya untuk melakukan donor darah sebentar, dan ijin saya
dikabulkan oleh dosen saya, entah mengapa tubuh saya secara otomatis selalu
ingin donor darah rutin, sampai-sampai ijin kepada dosen untuk meninggalkan
kuliah yang juga merupakan kewajiban utama saya. Mungkin ini yang dinamakan
panggilan Tuhan, panggilan dari hati.
Akhirnya
karena sudah terbiasa donor darah, sekarang saya sering mendonorkan darah di
Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Semarang, tak terasa saya sudah donor darah
sebanyak 11 kali. Hal ini adalah bukti bahwa membiasakan diri dalam kebaikan
apalagi secara ikhlas menyumbangkan darah secara rutin akan menuntun kita pada
jalan Tuhan. Kesukarelaan dan kemanusiaan sesungguhnya adalah anugrah serta
hidayah dari Yang Maha Kuasa. Lewat donor darah kita bisa merasakan keikhlasan
dalam membantu sesama.
Jos :D
ReplyDelete