Masyarakat
modern mulai menganggap donor darah sebagai sebuah gaya hidup dan tindakan yang
terpuji dalam kaitannya dalam hal menolong sesama. Namun seringkali orang mengurungkan niatnya
untuk melakukan donor darah dengan berbagai faktor, contohnya takut terhadap
jarum. Hal ini tentunya wajar mengingat jarum yang dipergunakan untuk proses
donor darah cukup besar. Penggunaan jarum yang besar itu tentunya untuk
mempercepat proses pendonoran darah dan meminimalisir rasa sakit yang dirasakan
oleh pendonor.
Ketakukan terhadap jarum pernah saya
alami, padahal saya ingin mendonorkan darah. Akan tetapi ketika saya
memberanikan diri untuk mendonorkan darah, maka pikiran dan tubuh saya ikut
merasakan perasaan positif serta mempermudah proses pendonoran darah. Hal ini
didasarkan pada rasa takut kehilangan. Saat itu Tante saya yang terkena kanker
membutuhkan transfusi darah sebanyak 5 kantong. Sehingga keluarga bahu membahu
untuk berusaha mendonorkan darah. Tidak mudah memang untuk melawan ketakutan
terhadap jarum, tetapi perasaan takut kehilangan membuat saya memberanikan diri
saya untuk menyumbangkan darah saya. Sejak saat itu, hingga saat ini, saya
rutin mendonorkan darah setiap 3 bulan sekali.
Tidak ada orang yang ingin merasakan
kehilangan, apalagi hal ini disebabkan oleh kurangnya stok darah yang tersedia.
Begitu banyak orang yang sedang berjuang melawan penyakitnya dan bertahan untuk
hidup, untuk menghindari kehilangan yang dirasakan oleh keluarganya. Darah,
menjadi sangat berarti karena darah tidak dapat dibuat oleh manusia. Namun
manusia mampu memberikan manfaat bagi sesamanya yang membutuhkan dengan
mendonorkan darah dan menyelamatkan kehidupan. Sehingga saya mengajak semua
orang yang pernah merasa ketakutan untuk mendonorkan darah karena jarum, untuk
melawan ketakutannya terhadap jarum dan mendonorkan darahnya untuk mencegah
kehilangan yang mungkin akan dirasakan oleh orang lain akibat kurangnya stok
darah yang tersedia.
Karena dengan
melawan ketakutan, kita mampu mencegah kehilangan.
No comments:
Post a Comment