Pada awal memasuki Perguruan Tinggi
Negeri, setiap mahasiswa harus mengikuti kegiatan Ordik (Orientasi pendidikan).
Begitupun dengan aku, aku harus mengikuti kegiatan Ordik selama 3 hari. Dalam
kegiatan tersebut, aku tidak hanya merasakan apa itu arti kesamaan, tapi juga
arti kekeluargaan, kemanusiaan dan kesukarelaan.
Kami,
para mahasiswa tidak hanya berasal dari satu atau dua daerah saja, tapi dari
berbagai daerah mulai dari Sabang sampai Merauke. Awalnya saya merasa sangat
heran, karena biasanya saya hanya mengenal orang dari suku – suku jawa saja.
Tapi pada hari itu, saya melihat mahasiswa dari berbagai suku di negara ini.
Diawal
perkenalan, kami merasa canggung dan malu – malu untuk bercanda. Tapi lama
kelamaan, terlihat sekali kekompakan diantara kelompok kami. Kami bercanda
bersama, bersorak bersama, makan bersama dan saling tertawa. Pada ordik
tersebut, kami tidak membedakan satu sama lain, meskipun kami berbeda agama,
suku , bangsa, daerah, adat istiadat kami tetap sama. Kami sama – sama
mahasiswa baru disana, dan sama – sama memiliki cita – cita dan tujuan sama
yaitu ingin sukses.
Tidak
hanya itu, kakak – kakak angkatan yang menjadi panitia ordik juga tidak
membedakan kami dengan mereka. Kita semua sama, tidak ada kakak angkatan karena
kita semua sama. Kami sangat bahagia sekali, karena ordik terlihat sangat
menyenangkan. Dan disitu kami juga merasakan, apa itu kekeluargaan. Setiap ada
teman yang membutuhkan, sebisa mungkin kami saling membantu.
Selain
itu, pada ordik tersebut kami juga belajar prinsip kemanusiaan dan kesukarelaan.
Karena pada hari terakhir ordik kami diajak melakukan kegiatan bakti sosial
untuk mereka yang membutuhkan. Tiap – tiap kelompok mendapatkan satu buah tas
yang berisi sembako, dan tugas kami adalah mencari orang – orang yang dianggap
layak dan sangat membutuhkan sembako tersebut. Selain itu, kami juga harus
menanyakan kegiatan sehari – hari orang tersebut.
Pada
saat itu, aku dan teman – teman satu kelompokku bertemu dengan seorang bapak petugas
pemungut sampah. Beliau berusia 45 tahun, dan sudah 10 tahun berprofesi sebagai
tukang pemungut sampah dari satu perumahan – ke perumahan lain. Dan beliau
memiliki 3 orang anak, meskipun hanay berprofesi seperti itu, bapak tersebut
memiliki cita – cita ingin menyekolahkan anak – anaknya samapi tamat sekolah.
Sungguh cita – cita yang sangat mulia bagi kami. Kami memberikan sembako
tersebut kepada bapak itu.
Setelah
itu, kami harus memberikan laporan hasil baksos kami kepada panitia dengan
melakukan presentasi kedepan. Semua kelompok memberikan hasil laporan mereka
satu persatu, dan kami sangat berkesan dengan semua laporan – laporan dari
kelompok lain. Dan pada hari itu, kami mendapat banyak pelajaran akan artinya
berbagi dengan sesama dan saling membantu kepada orang membutuhkan. Selain itu,
kami juga mendapatkan banyak arti – arti kehidupan. Kami belajar dari para
orang – orang tersebut, bagaimana mereka berjuang untuk keluarga mereka untuk
kehidupan yang lebih baik lagi. Dan karena kegiatan itu, kami bisa mengerti apa
itu arti kesamaan, kemanusiaan dan kesukarelaan. Dan karena kegiatan tersebut,
kami bisa belajar menjadi orang yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
No comments:
Post a Comment