Aku adalah seorang mahasiswi di
salah satu perguruan tinggi negeri sumatera utara. Kesibukanku sehari-hari adalah kuliah dan
mengikuti pelajaran tambahan diluar jam kampus. Kewajibanku untuk menuntut ilmu
dari mulai pagi hingga sore hari membuat tubuhku lelah. Hari demi hari pun aku
jalani seperti biasa aku yang lakukan. Sepulang dari kampus seperti biasa aku
melewati jalan sepi yang jarang dilewati orang. Pada saat aku mengendarai
kendaraan roda duaku tak sengaja aku
melihat sesosok orang tua yang jatuh dari kendaraan bermotor.
Akupun mendekati
orang tua tersebut. Kulihat orang tua tersebut sudah berlumuran darah
diwajahnya hingga tak sadarkan diri. Kusentuh denyut nadinya ternyata masih berdenyut,
yang menandakan bahwasannya orang tua tersebut masih hidup. Pada saat itu aku bingung apa yang harus aku
lakukan. Kepanikan ini membuatku tak tau harus berbuat apa, kondisi jalan yang
sepi membuatku semakin takut dan bingung. Akupun langsung membuka handphone dan
menelpon temanku yang rumahnya tak jauh dari jalan itu.
Sembari menunggu temanku, aku
mencari cara untuk menutupi kebocoran darah yang terdapat di kepala orang tua
tersebut. Kututupi kebocoran dikepalanya dengan sapu tanganku guna agar
darahnya tidak mengalir keluar dengan deras. Tidak lama kemudian temanku datang
dan langsung meminta bantuan kepada orang lain. Orang tua tersebut pun dibawa
kerumah sakit terdekat dengan menggunakan ambulan. Sedih yang teramat dalam
kurasakan ketika orang tua tersebut dibawa kerumah sakit sehingga membuatku
ikut menyusul dari belakang menuju rumah sakit. Tiba dirumah sakit kulihat para
suster langsung mengangkat orang tua itu dari ambulan dan membawanya ke ruang
UGD. Dokter pun menyanyai tentang siapa pihak keluarganya. Karena kami tidak
mengenal orang tua tersebut dan orang tua tersebut juga tidak ada membawa kartu
identitas kami pun bingung harus menghubungi keluarganya.
Pihak rumah sakit menyampaikan
kepada kami bahwasannya kebocoran yang ada dikepalanya membuatnya banyak
kehabisan darah dan harus melakukan transfusi darah. Kebingungan itu terjadi
lagi kepadaku dan temanku. Aku menyanyakan apa golongan darah orang tua
tersebut, ternyata orang tua tersebut memiliki golongan darah AB yang dapat
menerima darah dari orang dengan golongan A, B, AB, O atau yang biasa disebut
resipien universal. Akupun teringat dengan golongan darahku yang memiliki
golongan darah A. Belum pernah kualami yang namanya melakukan donor darah,
disuntik saja aku sudah sangat ketakutan apalagi ketika melihat darahku keluar
mengalir dari tubuhku. Bingung dan takut saat itu yang aku rasakan didalam
ruangan yang bersuhu dingin.
Kembali ku melihat sesosok
orang tua yang baru saja kubantu dan terpikir olehku. Jika aku berhenti
menolongnya sampai sini mungkin aku tak seutuhnya untuk menolong orang. Dan aku
pun tak mau berhenti menolong selagi aku masih sanggup dan mampu untuk menolong
orang lain. Mungkin ketakutan ini akan bernilai ketika aku membantu seseorang
yang sedang membutuhkan. Langsung aku katakan kepada suster jika aku ingin
mendonorkan darahku untuk orang tua tersebut. Akupun langsung pergi menuju
ruangan untuk mengecek darah dan melakukan transfusi darah. Rasa takutku
terobati ketika aku melihat wajah orang tua tersebut. Pengalaman pertamaku
melakukan donor darah untuk menolong orang lain adalah hal yang tak terlupakan
bagiku. Pergunakanlah darah mu untuk menolong orang lain bersama PMI
No comments:
Post a Comment