Sunday, May 31, 2015

(24) Biuti Fourtuna : Darahmu Untuk Orang Lain

Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri sumatera utara.  Kesibukanku sehari-hari adalah kuliah dan mengikuti pelajaran tambahan diluar jam kampus. Kewajibanku untuk menuntut ilmu dari mulai pagi hingga sore hari membuat tubuhku lelah. Hari demi hari pun aku jalani seperti biasa aku yang lakukan. Sepulang dari kampus seperti biasa aku melewati jalan sepi yang jarang dilewati orang. Pada saat aku mengendarai kendaraan roda duaku  tak sengaja aku melihat sesosok orang tua yang jatuh dari kendaraan bermotor. 

Akupun mendekati orang tua tersebut. Kulihat orang tua tersebut sudah berlumuran darah diwajahnya hingga tak sadarkan diri. Kusentuh denyut nadinya ternyata masih berdenyut, yang menandakan bahwasannya orang tua tersebut masih hidup.  Pada saat itu aku bingung apa yang harus aku lakukan. Kepanikan ini membuatku tak tau harus berbuat apa, kondisi jalan yang sepi membuatku semakin takut dan bingung. Akupun langsung membuka handphone dan menelpon temanku yang rumahnya tak jauh dari jalan itu.



Sembari menunggu temanku, aku mencari cara untuk menutupi kebocoran darah yang terdapat di kepala orang tua tersebut. Kututupi kebocoran dikepalanya dengan sapu tanganku guna agar darahnya tidak mengalir keluar dengan deras. Tidak lama kemudian temanku datang dan langsung meminta bantuan kepada orang lain. Orang tua tersebut pun dibawa kerumah sakit terdekat dengan menggunakan ambulan. Sedih yang teramat dalam kurasakan ketika orang tua tersebut dibawa kerumah sakit sehingga membuatku ikut menyusul dari belakang menuju rumah sakit. Tiba dirumah sakit kulihat para suster langsung mengangkat orang tua itu dari ambulan dan membawanya ke ruang UGD. Dokter pun menyanyai tentang siapa pihak keluarganya. Karena kami tidak mengenal orang tua tersebut dan orang tua tersebut juga tidak ada membawa kartu identitas kami pun bingung harus menghubungi keluarganya.

Pihak rumah sakit menyampaikan kepada kami bahwasannya kebocoran yang ada dikepalanya membuatnya banyak kehabisan darah dan harus melakukan transfusi darah. Kebingungan itu terjadi lagi kepadaku dan temanku. Aku menyanyakan apa golongan darah orang tua tersebut, ternyata orang tua tersebut memiliki golongan darah AB yang dapat menerima darah dari orang dengan golongan A, B, AB, O atau yang biasa disebut resipien universal. Akupun teringat dengan golongan darahku yang memiliki golongan darah A. Belum pernah kualami yang namanya melakukan donor darah, disuntik saja aku sudah sangat ketakutan apalagi ketika melihat darahku keluar mengalir dari tubuhku. Bingung dan takut saat itu yang aku rasakan didalam ruangan yang bersuhu dingin.

Kembali ku melihat sesosok orang tua yang baru saja kubantu dan terpikir olehku. Jika aku berhenti menolongnya sampai sini mungkin aku tak seutuhnya untuk menolong orang. Dan aku pun tak mau berhenti menolong selagi aku masih sanggup dan mampu untuk menolong orang lain. Mungkin ketakutan ini akan bernilai ketika aku membantu seseorang yang sedang membutuhkan. Langsung aku katakan kepada suster jika aku ingin mendonorkan darahku untuk orang tua tersebut. Akupun langsung pergi menuju ruangan untuk mengecek darah dan melakukan transfusi darah. Rasa takutku terobati ketika aku melihat wajah orang tua tersebut. Pengalaman pertamaku melakukan donor darah untuk menolong orang lain adalah hal yang tak terlupakan bagiku. Pergunakanlah darah mu untuk menolong orang lain bersama PMI

No comments:

Post a Comment