Monday, May 25, 2015

(19) Mandon Febriyanto : Kami Sukarela Melakukannya

Dan saya ingat kembali masa itu, ketika prinsip kesukarelaan yang artinya gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan mencari keuntungan apapun, kami implementasikan dalam hal lain. Bantuan yang umumnya dikonotasikan dengan bantuan untuk mereka yang sedang tertimpa bencana atau yang sedang menghadapi konflik. kami anggap dengan membuat eksis gerakan ini dengan tetap adanya relawan muda dimulai dari sekolah kami. Karena kami yakin relawan adalah aset bagi berdirinya gerakan ini, ketika relawan tidak ada maka gerakan ini akan mati dan hanya tinggal sejarah. Relawan menggerakkan gerakan ini dan yang mengindahkan, melaksanakan, serta menyosialisasi prinsip gerakan dan visi misi gerakan. Bermula dari pikiran kecil tersebut kami anak yang baru menginjak usia 17 tahun tergerak untuk melakukannya di sekolah kami.

Sekolah kami bukan sekolah yang hebat dengan anggota PMR yang banyak. Kondisi sebaliknya malah sedang kami alami. Setelah kami mengikuti Diklat KSR PMI Kabupaten Temanggung sekitar 6 bulan yang lalu kami dihadapkan dengan masalah yang sangat krusial di sekolah kami. Kami baru menyadari bahwa PMR Wira yang aktif di sekolah kami hanya sedikit dan tanpa regenerasi. Kami siswa kelas 3 dan tak ada adik-adik kelas kami yang melanjutkan Kepalangmerahan di sekolah kami. Ketika teman-teman kami yang lain sibuk mempersiapkan ujian, kami bertiga tergerak hatinya untuk melakukan Diklat PMR di sekolah kami. Saya, Listy , dan Tata saling bahu-membahu untuk menghidupkan kembali PMR ini. Kami bukan orang penting di PMR sekolah, tapi kami cinta gerakan ini. Mungkin terlalu klise untuk menjadikan hal tersebut sebagai alasan mengapa kami melakukan hal ini.
Saya masih ingat ketika ada acara rutin di sekolah dimana seluruh gerakan di sekolah kami. Seluruh anggota PMR kelas 3 datang bersama dan mempromosikan kepalangmerahan di depan adik-adik kelas. Rasanya kekuatan akan terbangun dan saya percaya bahwa kami akan bisa mendapatkan  banyak calon PMR yang kualitas. Namun keadaan berbalik ketika teman-teman kami mulai sibuk dengan persiapan ujian dan yang ada hanya tinggal kami bertiga.
Namun kami tak patah semangat, kami dengan susunan kepanitiannya yang hanya 3 orang berusaha mengajak adik-adik kelas kami untuk mengenal gerakan ini. Gerakan di mana 7 prinsip tetap ditegakkan dan lahir karena nurani. Ketika adik-adik kelas yang antusias ingin mengikuti Diklat mulai berdatangan, amunisi baru yang sempat hilang muncul kembali. Dengan calon peserta Diklat sekitar 25 anak kami bertiga merasa bangga dengan jumlah itu.
Kami meluangkan waktu sore kami yang sebenarnya sangat berharga untuk berlatih soal ujian untuk memberi pelatihan kepada  mereka. Mempersiapkan materi, mempersiapkan alat peraga sampai acara Diklat puncak nanti. Karena kami sadar tidak mungkin memberi mereka pelatihan selama 80 jam nonstop. Lebih baik mencicil sehingga beban pelatihan adik-adik kelas tidak terasa.

Dan ketika materi yang kami ajarkan telah cukup, kami memutuskan untuk melakukan Diklat puncak kepada adik-adik kelas kami. Dengan usaha kami untuk mengajak teman-teman PMR kelas 3 yang lain untuk membantu acara Diklat puncak, akhirnya acara tersebut terlaksana dengan baik  dan sekitar 25 adik kelas kami resmi menjadi Anggota PMR sekolah ini. Regenerasipun akhirnya dapat terlaksana dan kegiatan kepalangmerahan di sekolah kami pun tetap berjalan.

No comments:

Post a Comment