Ketika kita berbicara tentang kemanusiaan maka akan
banyak pembahasan kita yang mengarah pada menolong teman yang terkena musibah,
atau sekelompok etnik yang sedang membutuhkan bantuan akibat bencana. Pernakah
kita berfikir lebih dalam bahwa kita masih terlalu sempit mendefinisikan kata
“Kemanusiaan’.
Kemanusiaan lebih dari itu karena kemanusiaan merupakan akar
kehidupan dan tidak hanya tentang menolong dengan sesuatu yang kasat dan besar.
Prinsip kemanusiaan merupakan dasar bagi kita dalam bertindak, berempati dan
membentuk solidaritas serta dasar dari kebermanfaatan secara sosial. Salah satu
dari bentuk rasa kemanusiaan adalah membantu meringankan penderitaan orang
lain. Meringankan beban orang lain tidak selalu diartikan memberi bantuan
secara eksplisit, karena masih banyak orang orang yang membutuhkan uluran
bantuan namun enggan mengetuk pintu belas kasih kita.
Ada seorang penjaja es lilin ditempatku dan telah berjualan
selama 30 tahun. Beliau menjajakan es tersebut dengan berjalan kaki puluhan
kilometer. Perkembangan zaman menyebabkan penghasilan beliau berkurang banyak,
karena hampir setiap rumah telah memiliki kulkas, sehingga orang tak lagi
tertarik membeli es yang beliau tawarkan. Pernah suatu hari kudapati belum
satupun es yang dibawanya laku, meski sudah hampir setengah hari.
Aku yang kala
itu masih duduk dibangku SMP meminta uang kepada ayahku untuk membeli es yang
beliau tawarkan. Meski aku tahu es itu tak lagi dingin dan senikmat es yang
dijual di toko sebelah rumahku, namun aku tetap ingin membelinya. Karena aku
sadar yang ku punyai hanyalah lembaran uang seribuan yang mungkin tak berarti
banyak bagiku namun mungkin akan berarti banyak baginya, lagi pula aku belum
punya banyak uang yang dapat aku donasikan sebagai modal untuk beliau.
Aku tergerak karena merasa iba, beliau yang tak lagi
kuat harus memikul 2 termos es berjalan puluhan kilometer dan sering membawa
pulang dagangannya karena tak habis. Namun bukan hanya itu, aku salut dengan
beliau yang tak pernah sekalipun mengiba dan meminta dikasihani. Beliau lebih
suka jika ada orang yang membeli dagangannya daripada diberi uang dengan cuma
cuma.
Selain itu, Ayahku juga berpesan untuk menghargai orang seperti penjual
es lilin tersebut yang tak mau meminta belas kasihan. Ayahku berkata ketika kita belum memiliki kekayaan yang
berlimpah, maka setidaknya kita bisa menolong dengan membeli barang yang mereka
jajakan agar mereka tak perlu mengemis dijalanan. Maka sejatinya merekalah yang
perlu kita bantu, meski dengan sesuatu yang kecil. Marilah kita membantu mereka
dengan membeli barang yang mereka tawarkan, hal ini tentu akan meringankan beban
mereka tanpa mengurangi harga diri mereka. Karena Kemanusiaan bukan hanya soal
seberapa banyak yang kita beri namun seberapa banyak hal yang kita berikan
berarti bagi mereka.
No comments:
Post a Comment