Sunday, May 31, 2015

(28) Budhy Rahmawatie : Bukan Seberapa Banyak yang Kita Berikan

Ketika kita berbicara tentang kemanusiaan maka akan banyak pembahasan kita yang mengarah pada menolong teman yang terkena musibah, atau sekelompok etnik yang sedang membutuhkan bantuan akibat bencana. Pernakah kita berfikir lebih dalam bahwa kita masih terlalu sempit mendefinisikan kata “Kemanusiaan’. 

Kemanusiaan lebih dari itu karena kemanusiaan merupakan akar kehidupan dan tidak hanya tentang menolong dengan sesuatu yang kasat dan besar. Prinsip kemanusiaan merupakan dasar bagi kita dalam bertindak, berempati dan membentuk solidaritas serta dasar dari kebermanfaatan secara sosial. Salah satu dari bentuk rasa kemanusiaan adalah membantu meringankan penderitaan orang lain. Meringankan beban orang lain tidak selalu diartikan memberi bantuan secara eksplisit, karena masih banyak orang orang yang membutuhkan uluran bantuan namun enggan mengetuk pintu belas kasih kita.


Ada seorang penjaja es lilin ditempatku dan telah berjualan selama 30 tahun. Beliau menjajakan es tersebut dengan berjalan kaki puluhan kilometer. Perkembangan zaman menyebabkan penghasilan beliau berkurang banyak, karena hampir setiap rumah telah memiliki kulkas, sehingga orang tak lagi tertarik membeli es yang beliau tawarkan. Pernah suatu hari kudapati belum satupun es yang dibawanya laku, meski sudah hampir setengah hari. 

Aku yang kala itu masih duduk dibangku SMP meminta uang kepada ayahku untuk membeli es yang beliau tawarkan. Meski aku tahu es itu tak lagi dingin dan senikmat es yang dijual di toko sebelah rumahku, namun aku tetap ingin membelinya. Karena aku sadar yang ku punyai hanyalah lembaran uang seribuan yang mungkin tak berarti banyak bagiku namun mungkin akan berarti banyak baginya, lagi pula aku belum punya banyak uang yang dapat aku donasikan sebagai modal untuk beliau.


Aku tergerak karena merasa iba, beliau yang tak lagi kuat harus memikul 2 termos es berjalan puluhan kilometer dan sering membawa pulang dagangannya karena tak habis. Namun bukan hanya itu, aku salut dengan beliau yang tak pernah sekalipun mengiba dan meminta dikasihani. Beliau lebih suka jika ada orang yang membeli dagangannya daripada diberi uang dengan cuma cuma. 

Selain itu, Ayahku juga berpesan untuk menghargai orang seperti penjual es lilin tersebut yang tak mau meminta belas kasihan. Ayahku berkata  ketika kita belum memiliki kekayaan yang berlimpah, maka setidaknya kita bisa menolong dengan membeli barang yang mereka jajakan agar mereka tak perlu mengemis dijalanan. Maka sejatinya merekalah yang perlu kita bantu, meski dengan sesuatu yang kecil. Marilah kita membantu mereka dengan membeli barang yang mereka tawarkan, hal ini tentu akan meringankan beban mereka tanpa mengurangi harga diri mereka. Karena Kemanusiaan bukan hanya soal seberapa banyak yang kita beri namun seberapa banyak hal yang kita berikan berarti bagi mereka.

No comments:

Post a Comment