SKN (Sekolah Kerja Nyata) adalah kegiatan wajib bagi siswa
tahun kedua sekolah kami. Semacam KKN ketika kuliah, SKN juga akan mengantarkan
kami ke suatu desa terpencil yang kelak akan mendidik kami menjadi ‘orang’
karena kami akan berprofesi sesuai kewajiban kami disini:guru SD,guru
ngaji,dll. Desa Cupunagara adalah tujuan kami.desa di balik awan yang harus
melewati jalan yang super rusak untuk mencapainya.Bahkan saya tak yakin
pemerintah pernah melewatinya.
Di Cupunagara, saya mempunyai orang tu angkat, Bu Entar dan
Pak Atang. Rumah Bu Entar bisa dikatakan ‘layak’ dibanding rumah penduduk
lainnya. Walaupun lantainya masih beralaskan semen yang sudah mulai retak, dan
seperti kebanyakan rumah lainnya rumah Bu Entar tidak terdapat WC sehingga
untuk buang air saja kami harus sedikit ‘mendaki’ menuju WC umum. Dan ternyata
WC umum ini benar-benar umum, bahkan ayam saja bisa melihat kami di WC karena
WC tak berpintu!.Sungguh tak bisa disebut layak,ditambah minimnya cahaya
sehingga harus membawa senter saat hari mulai gelap.
Bu Entar dan Pak Tatang mungkin pendidikannya tidak tinggi,
namun mereka amat mengerti pentingnya pendidikan. Tidak seperti orang tua
lainnya yang asalkan anaknya mau menyelesaikan SMP maka mereka bebas memilih
mau melanjutkan sekolah, menikah, atau bekerja Bu Entar dan Pak Tatang, malahan
mereka menyekolahkan anaknya di pesantren mesikipun harus membiayainya 700 ribu
perbulan,cukup besar untuk seorang pemborong dan petani.
Selain membantu Bu Entar, tugas utamsaya adalh mengajar
ngaji.Perjalanan sungguh melelahkan karena kami harus mendaki jalan yang
berbatu parah untuk mencapai masjid yang terletak dekat gapura. Namun, saya
menjadi semangat ketika melihat anak-anak kecil malah berlari-lari menuju
masjid sambil membawa tas dan Quran di tangan. Mereka tak mengenal lelah untuk menerima ilmu..Bu
Ani adalah guru ngaji tunggal disini, rela mengajar 50 orang murid tanpa
bayaran, baginya yang terpenting adalah anak-anak desa tak tertinggal ilmu
agamanya.Itu pula yang kami rasakan, walaupun harus pulang malam ditemani
sebatang senter karena hanya dari situlah penerangan kami.
Sesekali,saya ikut rombongan yang mengajar karena ternyata
kami juga diminta mengajar di SDN 2 Cupunagara.Perjalanan menuju SD bukan
perjalanan yang dekat, sekitar 1,5 KM dan kami menempuhnya dengan berjalan
kaki.Sesampainya di sekolah, lagi-lagi lelah kami terbayar dengan semangat
mereka belajar. Kepala sekolah pun menyambut kami dengan hangat.Tak banyak materi
yang kami ajarkan, lebig banyak mengajak mereka ceria tentang tokoh inspiratif .Ternyata
di SDN 2 ini, hanya ada 5 guru honorer dan yang lainnya sukarelawan, detik itu
perasaanku bercampur, entahlah. Murid-murid sangat cerdas dan antusias, bahkan
kata seorang guru, ada murid yang berangkat dari rumahnya jam 4 dan harus
melewati sungai dulu untuk belajar di SD ini, ini bukan di film Laskar Pelangi,
ini nyata.namun fasilitas dan guru tak memadai.
7 hari di desa di
balik awan,tak pernah terbayangkan akan bertemu sosok-sosok penuh inspirasi, Bu
Entar yang begitu ikhlas bekerja d isawah untuk membantu suaminya semangat
belajar anak-anak yang bahkan jarak ataupun cuaca tak membuat mereka absen di
kelas, dan banyak lagi.disni, ternyata terlalu banyak yang masih harus kita
bantu. Mereka, bukan bercita-cita menjadi stagnan,tapi ingin berubah.
Namun,lingkungan tidak mendukung dan itulah yang menjadi PR saya di masa depan,bahwa
saya mempunyai keluarga besar yang harus diangkat kehidupannya.
No comments:
Post a Comment