Monday, June 15, 2015

(40) Bagus Mahardhika : Belajar Bersyukur dari Masyarakat Dayak

Ponorogo itulah kota tempat tinggalku. Sejuta ilmu telah aku terima dan menjadi pembelajaran dalam hidupku. Sewaktu pertama aku masuk SMA, aku mengikuti kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Semenjak awal program kerjaku, aku dan teman-teman diberi kepercayaan oleh Bapak dan Ibu guru untuk melakukan kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan setiap tahun oleh sekolahku. Tahun 2014 saatnya desa Dayak, Kecamatan Badegan, Kabupatan Ponorogo yang kami kunjungi. Pada tanggal 15 September 2014 kami mengunjungi desa Dayak tersebut. Sungguh sangat mengharukan sekali, keadaan di sana lebih parah dari keadaan di sekitarku. Jalan penuh bebatuan yang dikelilingi pepohonan hutan menjadi pemandangan kami di sana. Hanya terlihat sebagian kecil rumah yang letaknya hampir 100-500 meter jaraknya per-rumah. Jalan yang naik turun seakan menjadi lintasan bagi kami. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan kami untuk berbagi rejeki dan membantu sesama. Melalui prinsip kemanusiaan dan tolong menolong, hal yang sulit pasti dapat tercapai dengan mudah.

Dengan semangat dan kerja keras, akhirnya dapat menjangkau desa Dayak tujuan kami. Kami sangat senang sekali bisa bertemu dengan warga sekitar. Sungguh heran dan merasa terhormat saja kami di situ, warga menyambut kami dengan wajah gembira dan rasa persaudaraan yang kuat di hati mereka. Di situ kami langsung melakukan sosialisasi dan menyampaikan tujuan kami. Sosialisasi dilakukan oleh Bapak dan Ibu guru, dan kami ditugaskan untuk menghibur anak-anak. Kami hibur anak-anak dengan melakukan kegiatan lomba, seperti makan kerupuk, joget, menyanyi lagu nasional, dan lain-lain. Anak-anak di situ pintar sekali, meskipun mereka tinggal terpencil lagu nasional pun dapat dihafal. Sementara orang-orang di kota, banyak sekali yang masih kurang hafal terhadap lagu nasionalnya.
            
Disamping kami menghibur anak-anak, kami juga melakukan pemberian bantuan sembako terhadap para kepala keluarga. Di situ terlihat sekali wajah yang ceria para warganya, mereka senang dapat sedikit dibantu kehidupannya. Malang sekali nasibnya, kita seharusnya sebagai warga yang mampu, harus dapat berfikir masih banyak orang yang membutuhkan kita. Kita jangan hidup enak saja, tetapi kita juga harus melihat kehidupan mereka. Selain itu, anak-anak di desa juga kami beri hadiah peralatan sekolah, masing-masing satu paket per-anaknya. Hal ini kami lakukan sebagai pemicu semangat belajar mereka. Namun, hal yang lebih menyedihkan sekali di sana hanya terdapat satu sekolah, itupun hanya kelas 1, 2, dan 3. Selain itu ruangannya hanya dua ruang. Kalau ingin meneruskan anak-anak harus berjalan kira-kira 5 km dari desa mereka. Seharusnya pemerintah dapat mengatasi hal tersebut, jika hal tersebut tetap terjadi bagaimana nasib penerus bangsa ini.

Akhirnya, setelah kami berbincang-bincang dan menghibur warga desa, kami harus beranjak pulang untuk berpamitan. Rasa sedih pun melintas dihati kami semua, tidak tega rasanya meninggalkan saudara kami di sini. Kami juga memberikan kenangan dengan foto kami dan warga desa di situ, supaya kami dan warga desa tetap selalu ingat dan menjadikan kenangan tadi sebuah persahabatan. Sebuah kisah hidup warga desa Dayak yang memotivasi kami untuk hidup sederhana dan mampu bersyukur dengan apa yang kita peroleh. Meskipun bagi orang mampu, peralatan sekolah seperti itu bukan barang yang mewah, tetapi bagi masyarakat Dayak menjadi barang berharga dan sangat berarti untuk mereka semua.

No comments:

Post a Comment