Bencana di
Indonesia terdiri dari bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana
sosial merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat. Contoh bencana sosial yaitu
“Konflik Balinuraga” yang terjadi di Propinsi Lampung, Kabupaten Lampung
Selatan.
Konflik
Balinuraga merupakan peristiwa yang miris. Akibat konflik tersebut sebagian
penduduk Balinuraga mengungsi di SPN Kemiling, Bandarlampung dikarenakan bentrok
masih terjadi di desa tersebut. Semua Organisasi yang berkaitan dengan sosial
dan kemanusiaan membantu korban Balinuraga di SPN Kemiling seperti BPBD
Propinsi Lampung, SAR Lampung, PMI Propinsi Lampung, PMI Kota Bandarlampung,
KSR PMI Unit Unila dan lainnya.
Melalui
koordinasi dengan PMI Kota Bandarlampung, KSR PMI Unit Unila mengirimkan timnya
untuk membantu korban Balinuraga di SPN Kemiling. Saya yang ikut kesana
merasakan betapa mencekamnya suasana di sana. Saya ikut bergabung dengan PMI
untuk segera melakukan tindakan. Setelah berkoordinasi dengan seluruh anggota
PMI, semua anggota menjalankan tugas masing-masing.
Saya
bergabung dengan rekan-rekan PMI di bagian Dapur Umum, sedangkan teman saya ada
yang di bagian RFL, Assesment, dan Posko Penerimaan Bantuan. Di sinilah aku
merasakan betapa mulianya bisa membantu sesama yang membutuhkan.
Sebagai
relawan yang sedang bertugas di sana, saya dan rekan-rekan tidak menyianyiakan
waktu. Semua bahan makanan yang ada di Dapur Umum siap untuk dimasak semua,
mulai dari menanak nasi, masak sayur, masak lauk-pauk. Saat itu, hanya ada 3
dapur umum diantaranya adalah DU PMI, DU Dinsos, DU TNI. Bukan sedikit yang
kami masak, namun untuk sekitar 1600 orang korban bencana dengan 3 DU tersebut.
Kami dari PMI membantu sekitar 500-600 korban bencana, dan lainnya dari DU
Dinsos dan DU TNI.
Setiap
harinya, pagi, siang, dan malam kami selalu menyiapkan konsumsi untuk sekitar
500-600 korban konflik. Dapur Umum bukan termasuk bagian mudah, karena kita
harus bisa tepat waktu untuk menyiapkan konsumsi tersebut. Tidur malam, bangun
pagi setiap hari menjadi hal biasa yang kami rasakan. Kurang lebih 1 minggu
kami membantu korban konflik di bagian dapur umum.
Pertama kali
di dapur umum, saya hanya berfikir “seperti ini ya rasanya memasak untuk
sekitar 500-600 korban konflik, nah apa kata untuk ribuan bahkan ratusan ribu
korban”. Ternyata menjadi seorang relawan memang tidak semudah yang dilihat
saat bertugas. Semua keluh kesah hanya dirasakan masing-masing relawan.
Perasaan “Bangga” ini lah yang membuat semua relawan dapat bersemangat menjalankan
tugasnya masing-masing.
Baru pertama
inilah saya memasak untuk sekitar 500-600 korban bencana, mungkin bukan hal
pertama untuk anggota PMI yang lain. Hal pertama yang menjadi kenangan saat
berada di dapur umum posko bencana adalah semangat teman-teman yang harus tepat
waktu menyelesaikan konsumsi sebanyak itu.
Jiwa
kemanusiaan akan terus mengalir dalam setiap sel darah yang ada di dalam tubuh.
Rasa kemanusiaan akan terus bangkit untuk membantu sesama tidak akan pernah
pudar oleh waktu. Usia yang akan terus bertambah tidak akan menghilangkan
semangat jiwa kemanusiaan. “Pengabdian tanpa batas untuk kemanusiaan” itulah
slogan KSR PMI Unit Unila yang akan selalu saya laksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
No comments:
Post a Comment