Tuesday, June 16, 2015

(92) Yusuf Efendi : Ini Ceritaku, Mana Ceritamu?

Bencana di Indonesia terdiri dari bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana sosial merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat. Contoh bencana sosial yaitu “Konflik Balinuraga” yang terjadi di Propinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan.

Konflik Balinuraga merupakan peristiwa yang miris. Akibat konflik tersebut sebagian penduduk Balinuraga mengungsi di SPN Kemiling, Bandarlampung dikarenakan bentrok masih terjadi di desa tersebut. Semua Organisasi yang berkaitan dengan sosial dan kemanusiaan membantu korban Balinuraga di SPN Kemiling seperti BPBD Propinsi Lampung, SAR Lampung, PMI Propinsi Lampung, PMI Kota Bandarlampung, KSR PMI Unit Unila dan lainnya.

Melalui koordinasi dengan PMI Kota Bandarlampung, KSR PMI Unit Unila mengirimkan timnya untuk membantu korban Balinuraga di SPN Kemiling. Saya yang ikut kesana merasakan betapa mencekamnya suasana di sana. Saya ikut bergabung dengan PMI untuk segera melakukan tindakan. Setelah berkoordinasi dengan seluruh anggota PMI, semua anggota menjalankan tugas masing-masing.

Saya bergabung dengan rekan-rekan PMI di bagian Dapur Umum, sedangkan teman saya ada yang di bagian RFL, Assesment, dan Posko Penerimaan Bantuan. Di sinilah aku merasakan betapa mulianya bisa membantu sesama yang membutuhkan.

Sebagai relawan yang sedang bertugas di sana, saya dan rekan-rekan tidak menyianyiakan waktu. Semua bahan makanan yang ada di Dapur Umum siap untuk dimasak semua, mulai dari menanak nasi, masak sayur, masak lauk-pauk. Saat itu, hanya ada 3 dapur umum diantaranya adalah DU PMI, DU Dinsos, DU TNI. Bukan sedikit yang kami masak, namun untuk sekitar 1600 orang korban bencana dengan 3 DU tersebut. Kami dari PMI membantu sekitar 500-600 korban bencana, dan lainnya dari DU Dinsos dan DU TNI.

Setiap harinya, pagi, siang, dan malam kami selalu menyiapkan konsumsi untuk sekitar 500-600 korban konflik. Dapur Umum bukan termasuk bagian mudah, karena kita harus bisa tepat waktu untuk menyiapkan konsumsi tersebut. Tidur malam, bangun pagi setiap hari menjadi hal biasa yang kami rasakan. Kurang lebih 1 minggu kami membantu korban konflik di bagian dapur umum.

Pertama kali di dapur umum, saya hanya berfikir “seperti ini ya rasanya memasak untuk sekitar 500-600 korban konflik, nah apa kata untuk ribuan bahkan ratusan ribu korban”. Ternyata menjadi seorang relawan memang tidak semudah yang dilihat saat bertugas. Semua keluh kesah hanya dirasakan masing-masing relawan. Perasaan “Bangga” ini lah yang membuat semua relawan dapat bersemangat menjalankan tugasnya masing-masing.

Baru pertama inilah saya memasak untuk sekitar 500-600 korban bencana, mungkin bukan hal pertama untuk anggota PMI yang lain. Hal pertama yang menjadi kenangan saat berada di dapur umum posko bencana adalah semangat teman-teman yang harus tepat waktu menyelesaikan konsumsi sebanyak itu.

Jiwa kemanusiaan akan terus mengalir dalam setiap sel darah yang ada di dalam tubuh. Rasa kemanusiaan akan terus bangkit untuk membantu sesama tidak akan pernah pudar oleh waktu. Usia yang akan terus bertambah tidak akan menghilangkan semangat jiwa kemanusiaan. “Pengabdian tanpa batas untuk kemanusiaan” itulah slogan KSR PMI Unit Unila yang akan selalu saya laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.


No comments:

Post a Comment