Taman
kanak-kanak merupakan sekolah untuk anak usia sekitar 4-5 tahun. Di kota-kota
besar bahkan di pedesaan sekarang sudah banyak berdiri taman kanak-kanak yang
mengajarkan anak-anak kecil untuk belajar menggambar, bernyanyi, menari,
mambaca, menulis, dan berhitung. Tetapi berbeda yang ada di pulau Flores
tepatnya, mayoritas di daerah ini tidak ada yang namanya sekolah TK, sehingga
siswa SD kelas 1 mereka masih diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Hal
ini sangat berbeda dengan kondisi dengan keadaan yang ada di kota-kota besar
dan pedesaan yang ada di pulau jawa.
Dengan
melihat kondisi ini maka didirikanlah taman kanak-kanak dadakan yang diadakan
seminggu sekali di desa Dintor, kecamatan Satarmese Barat Kab. Manggarai – NTT.
Dengan fasilitas seadanya tidak mengurungkan niat untuk mendirikan sekolah ini.
Meskipun sekolah ini tidak didirikan secara formal namun antusias masyarakat
Dintor sangat tinggi. Sekolah TK dadakan ini dilaksanakan di rumah salah satu
penduduk desa yang bersedia untuk ditempati sebagai sekolah dan hanya memiliki
satu tenaga pengajar sukarela dari guru SM-3T.
Mulanya jumlah siswa di sekolah TK ini
hanya lima siswa yang rata-rata berumur sekitar 4 – 5 tahun. Tetapi setelah
berjalan kurang lebih satu bulan, jumlah siswapun bertambah hingga mencapai 10
orang. Memang jumlah yang tidak banyak, tetapi dengan adanya peningkatan jumlah
siswa dapat membawa atmosfir segar dan menambah semangat belajar bagi siswa dan
bagi pengajar. Kegitan belajar yang dilaksanakan
sekolah TK dadakan ini sama halnya dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh
sekolah TK pada umumnya yaitu belajar mewarnai, menggambar, menulis, membaca,
berhitung, dan bermain. Tetapi yang berbeda dari sekolah ini adalah siswa yang
tidak berpakaian seragam dan tanpa menggunakan sepatu, siswa cukup datang dan
membawa sebuah buku tulis dan pensil, karena semua peralatan yang dibutuhkan
dalam kegiatan belajar sudah disediakan di sekolah TK ini yang bersumber dari
donatur guru – guru SM-3T penempatan Manggarai.
Sangat
lucu jika mengingat sebelum adanya sekolah dadakan ini, semua anak – anak kecil
hanya mengetahui satu lagu anak-anak yaitu “kasih ibu”. Sungguh unik ya…. Tapi
hal itu memang lumrah jika mengingat rata-rata kondisi pendidikan penduduk
dintor relatife rendah. Dengan adanya sekolah dadakan ini dapat memperbaiki
pendidikan dan menyelamatkan mutiara – mutiara Dintor yaitu generasi penerus
Dintor dari ketinggalan pendidikan.
Penduduk Dintor sangat menjunjung
tinggi toleransi, kesatuan, dan gotong royong, hal ini dapat dilihat dari
keanekaragaman suku yang mendiami Dintor yaitu manggarai dan ende dan di dalam
desa ini sudah hidup berdampingan dua agama yang dianut oleh penduduk Dintor
yaitu agama katholik dan agama islam. Tidak hanya dalam pembangunan sekolah Tk
dadakan ini, dalam setiap acara besar yang dilaksanakan oleh masing-masing suku
dan agama selalu melibatkan masyarakat lainnya. Inilah indahnya Indonesia yang
perlu dilestarikan dan sebagai cerminan kehidupan bermasyarakat.
No comments:
Post a Comment