MASANEMASUSASE. “Manusia sama
netral, mandiri sukarela, satu semesta. Ada yang tau?”. Masih teringat jelas,
bagaimana seorang kakak kelas SMA saya beserta teamnya memberikan materi
tentang prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional
kepada saya dan teman-teman saya, anggota baru PMR Unit SMA, pada saat saya
duduk dibangku SMA tahun 2006-2009.
“Seperti itulah adik-adik cara
mudah atau bisa dibilang “tips and trik” dari kakak kepada adik-adik untuk
menghafal Sapta Prinsip Palang Merah”. Ehm, sebenarnya bukan hanya dihafalkan
saja ya adik-adik?, tapi kita juga bisa mengaplikasikan prinsip tersebut ke
dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena, yang namanya prinsip itu, asalnya
dari bahasa latin “principium” yang berarti dasar. “Gimana, paham adik?”
Nama saya Eka, saya seorang
tenaga kesehatan serta seorang anggota KSR PMI di kabupaten tempat saya
tinggal. Mungkin sedikit aneh rasanya kalau saya mengatakan saya ini anggota
KSR PMI, karena bisa dibilang didunia kepalangmerahan saat ini, saya tak
seaktif saat saya duduk dibangku SMA ataupun dibangku kuliah dulu. Meski, tahun
2014 kemarin, saya baru saja mengikuti kegiatan diklat sar ksr pmi tingkat
kabupaten.
Bagi saya menjadi seorang
tenaga kesehatan sekaligus sebagai anggota ksr pmi merupakan suatu kebanggaan
tersendiri, karena tak semua orang bisa punya kesempatan seperti ini. Banyak
pengalaman seru yang saya dapatkan dari dunia kesehatan serta dunia
kepalangmerahan, yang menurut saya, hal tersebut, terkadang saling berkaitan
atau mungkin juga sebaliknya, ada kalanya apa yang saya dapatkan didunia
kepalangmerahan, tidak saya dapatkan dari profesi saya.
Contohnya saja, saat saya
mengikuti diklat sar ksr pmi kabupaten, saya bertemu dengan rekan-rekan baru
sesama peserta diklat, yang datang dari beberapa kecamatan yang ada
dikabupaten, kurang lebih saat itu ada 3 kecamatan yang paling banyak
mengirimkan peserta. Diklat sar ksr pmi kabupaten kemarin dibagi menjadi 6
gelombang dan saya ikut gelombang terakhir, gelombang 6, juni 2014.
Meski awalnya sempat merasa
aneh, karena saya mendaftar langsung ke markas pmi kabupaten, tidak lewat
kecamatan terlebih dahulu, hanya bermodalkan pengalaman saya saat ikut ksr pmi
unit perguruan tinggi (2010-2012). Sehingga saat itu dari kecamatan saya, hanya
ada saya sendiri yang tergabung kedalam peserta diklat dari kecamatan yang
dijadwalkan diklat diperiode terakhir tahun 2014.
Hal tersebut merupakan
pengalaman baru bagi saya dan sangat menyenangkan. Bagaimana tidak?, pada saat
pembukaan kegiatan, saya menemukan fakta bahwa sebagian besar rekan-rekan saya
berusia 2 tahun lebih muda dari usia saya, hanya beberapa orang
saja yang seumuran atau lebih tua beberapa tahun dari saya.
Demikian pula, saat ditanya
satu persatu, pekerjaannya apa? Jawabannya macam-macam, ada yang bekerja
sebagai mahasiswa, kuli bangunan, juragan penjual kayu, pegawai pabrik
kosmetik, guru, tenaga kesehatan, perangkat desa. Begitu juga saat ditanya, ada
yang pernah bergabung diPMIkah sebelumnya? Jawaban terbanyak, belum pernah,
bahkan peserta tertua diangkatan diklat saya kemarin, mengatakan bahwa beliau
baru mendengar istilah PMI saat itu, sehingga beliau bergabung karena merasa
penasaran, tertarik dan ingin mengenal dan memperdalam lebih lanjut apa sih PMI
itu.
Diklat sar ksr pmi kabupaten
tahun 2014 kemarin, bagi saya sudah menunjukkan salah satu implementasi prinsip
dasar dalam aktivitas kepalangmerahan (prinsip no 2, kesamaan). Dimana, didalam
kegiatan tersebut, PMI tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, suku,
agama, golongan atau pandangan politik. Segala perbedaan antara pribadi
dikesampingkan. Tujuannya semata-mata memberikan bantuan.
No comments:
Post a Comment