Kesukarelaan menurut saya
berarti rela berkorban dan keikhlasan akan sesuatu, tanpa kita meminta balasan
atau mengungkit-ngungkit lagi kejadian itu lagi. Juga, kesukarelaan datang dari
diri sendiri dan tanpa paksaan (dibujuk seseorang). Contohnya seperti pahlawan
di komik-komik maupun yang ada di dunia nyata. Ada lho pahlawan di sekitar
kita, bahkan di dekat kita, hanya saja kita tak menyadarinya. Karena seperti
yang saya bilang, mereka tak meminta balasan ataupun mengungkit hal yang telah
mereka lakukan. Langsung saja seperti yang saya katakan sebelumnya, saya
akan bercerita tentang kejadian saya. Semoga anda menikmatinya dan tak
mengantuk saat membaca.
Hari itu adalah hari kamis, dan
saat itu adalah jam pelajaran terakhir, yaitu pendidikan kewarnegaraan. Ada
suatu kejadian menimpa kelasku. Salah satu teman kelasku kehilangan tasnya.
Kami disuruh ibu guru yang mengajar mencari tasnya. Alhasil setelah beberapa
menit, kami menemukan tas tersebut tak jauh dari kelas kami. Bu guru menduga
ada yang sengaja menyembunyikan tas tersebut, ia pun menanyakan siapa yang
menyembunyikan kepada kami. Namun tak ada yang mengaku, sehingga ibu guru
tersebut marah dan menyuruh kami berdiri di atas kursi kami hingga si pelaku
mengaku, meskipun bel tanda pulang berbunyi. Namun, tetap saja tidak ada yang
mengaku. Bu guru berkata bahwa ia tidak masalah jika jam pelajarannya habis
untuk ini, karena ia mengajarkan pendidikan kewarnegaraan, yang berarti
mengajarkan akhlak. Ia juga mempertanyakan di manakah tanggung jawab dan
keberanian si pelaku.
25 menit berlalu, namun tak ada
yang mau mengaku. Ibu tersebut pun geram, dan memanggil wali kelas kami. Kami
pun takut akan hal tersebut. Saat ibu tersebut ingin melangkah keluar kelas,
terdengar suara, “saya, bu.” Seluruh kelas melihat ke arah suara tersebut, dan
ternyata dia adalah Refa. Ia adalah anak yang biasa saja dan cukup pendiam di
kelas. Seluruh orang di kelas pun kaget karena tidak mengira, tak terkecuali
aku dan bu guru. Bu guru menanyakan kebenarannya dan alasannya menyembunyikan
tas tersbut. Ia hanya menggaruk-garuk kepala dan mengatakan bahwa ia hanya
iseng belaka. Ia pun dihukum PR untuk minggu depan dikerjakan dua kali lipat.
Kelas pun dilanjutkan dan terdapat bisikan mengenai Refa di dalam kelas.
Seusai kelas, karena penasaran,
aku menanyakan Refa apa alasannya mengaku seperti itu, karena aku tahu ia bukan
orang yang seperti itu. Pertama ia masih mengelak bahwa itu memang keusilannya,
namun ia menceritakan bahwa beberapa teman kita harus pulang tepat waktu.
Karena mereka ada yang les, ada yang harus menjaga adiknya ataupun menjaga
ibunya yang sedang sakit. Saat mendengar itu, aku merasa tersentuh dan kagum
terhadapnya. Aku pun memutuskan membantu PRnya. Awalnya ia menolak, namun aku
memaksanya.
No comments:
Post a Comment