Tuesday, June 16, 2015

(71) Nova Nur Aziyah : Bangga Padamu, Sobat!

Terkadang tanpa kita sadari kita sudah menerapkan perinsip dasar dalam kehidupan sosial sebagai individu dalam suatu bangsa. Seperti ungkapan Aristoteles  “manusia adalah mahluk sosial” Manusia memelukan interaksi atau mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak.
Prinsip sebagai pedoman yang mendasari pola pikir seseorang untuk bertindak. Prinsip datang dari dalam diri seseorang tanpa paksaan. Seseorang itu mampu menghayati lalu menerapkan prinsipnya dalam kehidupan sehari harinya. Sesungguhnya tanpa prinsip, seseorang kurang memiliki pendirian dalam hidup. Hidup akan terasa hambar tanpa prinsip.

            Akan tetapi, kali ini saya akan mengoreksi kenyataan dalam dunia globalisasi yang penuh persaingan. Di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara semua individu memiliki kelebihan dan kelemahannya masing masing. Tentu semua memilki perbedan dalam bermasyarakat jika kita melihat kenyataannya selama ini diluar lingkup agama yang mengatakan memang manusia semua sama dimata Tuhan selain ketakwaan dan keimanannya. Namun kesenjangan sosial masih banyak bermunculan di seluruh tempat yang membeda bedakan strata antara miskin dan kaya, jabatan, penampilan. Beberapa orang senang bermain dan enggan bergaul dengan orang yang tak sepadan dengannya. 
Beberapa tempat praktik atau institusi kesehatan terkadang lebih mendahulukan yang memiliki penghasilan tinggi atau kalangan menengah atas dari pada mendahulukan kalangan menengah kebawah. Itu real dirasakan oleh nenek saya sendiri yang memang hanya seorang petani dengan jalan tergopoh gopoh menahan sakitnya pergi kesuatu praktik seorang dokter akan tetapi yang dia dapat hanyalah kekecewaan dan perlakuakan berbeda dibandingkan dengan yang memiliki banyak financial. Sehingga kenyataannya banyak orang yang masih tidak menanamkan jiwa kesukarelaan dan kesamaan sebagai prinsipnya. Semua terlatar belakangi dengan satu istilah “money”
            Saya adalah seorang mahasiswa baru ditahun 2014. Sebagai mahasiswa baru disebuah universitas swasta tentu banyak sekali teman baru yang berkenalan. Saya akui saya memang dari keluarga kalangan menengah kebawah, jurusan yang saya ambil pun yang tidak terlalu menguras kantong bapak saya yang hanya sebagai PNS biasa. Saya memiliki seorang teman, saat pertama kali masuk sampai saat ini tinggal di asrama bersama. Saya akui memang banyak sekali perbedaan antara kami berdua secara material. Keluarganya adalah keluarga dokter, begitupun dia adalah calon dokter. Biaya yang ditawarkan di universitas kami untuk program saya dan dia 1:85. Walau dengan kondisi berkecukupan, dia selalu berperilaku sederhana. Dia tidak pernah membeda bedakan antara teman yang mampu dan kurang mampu ataupun dari budaya dan ras kami yang berbeda. Hidupnya bahagia ditambah perilaku dia yang begitu baik dan senang menolong lain bahkan mau ikutan susah bersama dalam organisasi. “Selagi saya bisa menolong, saya siap menolong siapapun” ungkapnya. Ya, semua orang menyukainya dengan sifatnya yang ramah dan penuh ketulusan serta menanggap semua sama dimatanya. Aku yakin, kelak dia akan menjadi seorang dokter yang disukai oleh banyak orang “aminn” Sebagai teman saya merasa sangat bangga dengannya.

            Apakah anda merasa atau tidak?  Jika kita telah berhasil berbuat salah satu prinsip dari ketujuh prinsip PMI, kita pasti akan mendapatkan rasa kepuasan hati tersendiri dan bangga terhadap diri sendiri serta kebahagiaan karena telah berhasil melakukan sesuatu untuk orang lain. Jadi, ungkapan yang menyatakan “Hal yang indah adalah saat kita bisa membantu orang lain dengan ketulusan” itu benar adanya.

No comments:

Post a Comment