Monday, June 15, 2015

(68) Muhdar : Menolong, Bukan Hanya Untuk Persoalan Besar. Tetapi, juga hal kecil.

Sudah diketahui, sacara umum manusia hidup dalam dua ruang lingkup wilayah. Yang pertama, manusia sebagai individu, yakni manusia sebagai makhluk yang terdiri dari satu kesatuan unsur dalam dirinya tidak dapat dibagi, unsur tersebut adalah unsur jasmani dan rohani. Yang kedua adalah manusia sebagai makhluk sosial, maksudnya manusia yang tidak bisa lepas dari orang lain, membutuhkan bantuan sesama. Karena ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan sendiri, yang membutuhkan bantuan orang lain. Intinya, manusia sebagai makhluk yang berinteraksi dalam ruang lingkup wilayah sosial. Di dalam wilayah manusia sebagai mankhluk sosial inilah, ada yang namanya tolong menolong.

Berbicara mengenai tolong menolong, secara hakikatnya tidak pandang bulu dalam melakukan hal tersebut. Siapapun yang membutuhkan pertolongan harus kita bantu, selama kita bisa dan mampu menolongnya mengapa tidak. Karena sewaktu-sewaktu, mungkin di lain hari kita juga membutuhkan pertolongan orang lain dan tidak menutup kemungkinan, orang yang telah kita tolong akan kembali menolong kita.

Namun, ada juga beberapa alasan lain mengapa kita atau semua orang mau menolong. Beberapa diantaranya adalah karena merasa kasihan, merasa seperti bagaimana jika dirinya berada pada posisi yang sama, yang tentu  pasti akan membutuhkan pertolongan juga. Dan alasan lain yang menurut penulis cukup tidak mengenakan adalah menolong karena ada unsur keuntungan, keinginan memperoleh keuntungan dari orang ditolong.

Terlepas dari alasan tersebut, penulis ingin berbagi cerita perihal bagaimana menolong bisa kita biasakan dalam diri kita, sebagai makhluk sosial. Karena menolong itu merupakan sebuah keharusan. Baik itu menolong sesama, menolong binatang atau tumbuhan yang sekiranya menurut pandangan kita patut untuk ditolong.

Cerita berawal ketika penulis hendak pulang dari kampus, sekitar jam 12 siang di saat kalor matahari begitu menyengat dan serasa membakar tubuh. Ingin rasanya saat itu segera sampai di dalam kos dan melepaskan dahaga yang sudah hampir setengah hari tidak minum. Dan, saat sampai di gerbang komplek kos dan perlahan melangkah masuk ke dalam, penulis terhenti sejenak, ada sesuatu yang menyita pandangan penulis.

Baju-baju berserakan di tanah, sepertinya yang punya – tentangga kos – tidak melihat pakaian atau jemurannya terbawa angin hingga jatuh. Sempat penulis berpikir, Apakah aku harus mengambil atau tidak? Lagian itu bukan pakaianku.

Aku melangkah beberapa langkah, ingin acuh dan seolah tidak tahu apa-apa. Tetapi, seperti ada yang mengusik di dalam benak, menyuruh penulis untuk memungut pakaian-pakaian itu. Meski bukan milikmu, ambil dan letakkan ke tempat yang bersih. Tolong yang punya! Aku tersenyum dan melupakan sebentar haus yang sudah lama tertahan. Dan, rasanya damai dan indah juga bisa menolong meskipun itu hanya hal-hal kecil. Sejak saat itu penulis membiasakan menolong, meski itu dimulai dari hal kecil.

Siapa yang tahu? Ternyata sikap kita yang peduli dan menolong atas dasar kesukarelaan mendapatkan balasan yang sama, bahkan lebih. Ketika pakaian penulis juga tergeletak di tanah oleh angin yang bertiup kencang, tetangga kos penulis juga meletakkannya di tempat yang bersih persis seperti yang penulis lakukan. Manfaat lainnya penulis dengan tetangga yang semula tidak akrab, perlahan akrab dan bisa menjadi teman baik.


No comments:

Post a Comment