Tuesday, June 16, 2015

(97) Maria Putri : Siapalah Aku Ini Tanpa Mereka?

Perkenalkan namaku Putri. Aku berasal dari Palembang, Sumatera Selatan namun kini aku sedang menata masa depan di daerah yang sangat istimewa bagiku, Yogyakarta. Kenapa Yogya istimewa? Bukan saja karena namanya, tapi memang karena Yogya memberikan banyak pelajaran bagiku. Aku datang ke Yogya hanya bermodalkan tekad dan kemauan kuat untuk belajar di salah satu universitas negeri ternama, tanpa seorangpun yang aku kenal di sana. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Yogya, aku merasa sangat ‘kerdil’. Ketika aku melihat sekumpulan orang yang sedang bercanda, aku merasa iri karena aku hanya seorang diri dan hanya diam.
            Hari selanjutnya, aku datang ke tempat yang akan aku tinggali beberapa tahun ke depan dan hari itu aku resmi menyandang status sebagai ‘anak asrama’. Mungkin sebagian orang akan bertanya ‘Ih, ngapain masuk asrama? Kan sudah kuliah? Kok mau sih diatur-atur?’ Ya, itu pertanyaan lumrah. Aku memang ingin merasakan kehidupan di asrama. Setelah beberapa waktu menjalani hidup di asrama, aku mulai yakin bahwa keputusanku untuk tinggal di asrama memang tidak salah. Banyak hal baru yang kutemukan di sini. Aku tidak hanya mendapatkan teman baru, tapi juga ‘keluarga’.

            Penghuni asramaku berasal dari berbagai daerah, suku, jurusan, dan universitas. Sering kudengar teman-temanku berbicara dalam bahasanya masing-masing. Unik! Di sini aku baru menyadari kekayaan bahasa yang ada di Indonesia karena baru di asrama ini aku mendengarnya secara langsung. ‘Berbeda orang, pasti berbeda sifat’. Ya! Asramaku terdiri dari 90-an penghuni dan itu berarti ada 90 sifat yang berbeda. Menghadapi sifat orang yang berbeda-beda merupakan tantangan bagiku dan aku menikmatinya. Dari kehidupan berasrama aku tahu bahwa dalam pergaulan kita tidak boleh membeda-bedakan teman. Dari manapun asalnya, apapun bahasanya, bagaimanapun sifatnya, kita harus bisa berteman dengannya. Rasa kekeluargaan yang terjalin dalam kehidupan berasrama sangat kental kurasakan. Ketika ada seorang teman yang sakit dan di rawat di rumah sakit, kami pasti bergantian untuk menjaganya di rumah sakit karena kami tahu keluarganya jauh.
            Pernah suatu ketika, teman sebelah kamarku mendadak tak sadarkan diri. Kami panik karna sebelumnya kami tak pernah tahu apa penyakitnya. Kami segera memanggil suster kepala dan bergegas membawanya ke rumah sakit. Orang tuanya berada di Kalimantan, sehingga tak bisa langsung datang ke Yogya pada saat itu juga. Oleh karena itu, untuk beberapa malam kami bergantian menginap di rumah sakit untuk menjaganya, hingga kedua orangtuanya datang. Setelah mendengar sedikit penjelasan dari orang tuanya, kami baru tahu ternyata temanku mempunyai sedikit masalah pada sarafnya, sehingga dia sering mendadak pingsan. Orang tuanya sengaja menempatkannya di asrama, sehingga ada yang mengawasinya bila terjadi hal buruk.

            Ya, dari kehidupan berasrama aku belajar tentang bagaimana menjadi ‘keluarga’ bagi orang lain yang notabene tidak mempunyai hubungan darah denganku.

No comments:

Post a Comment