Masjid
menjadi saksi atas air mataku yang tumpah membasahi kedua pipiku, un taian
nasehat dari seorang penceramah membuatku sadar akan berharganya satu kebaikan
di dunia ini.
“Ingatlah akan datang suatu masa di
mana perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawaban di depan Rabbul Alamin
Allah SWT, lalu apakah amalan yang dapat mengantarkan kita ke dalam surganya
Allah? Kitasering kali membuat kebururkan dan sering pula kita menutup mata
terhadap orang-orang di sekitar kita, ingatlah satu kebaikan akan mengantarkan
kita menuju surga, mari selagi kita hidup alangkah indahnya jika kehidupan ini
kita isi dengan penuh kebaikan.”
Namaku Prastyo usiaku saat ini 19
tahun, saat ini aku masih dalam tahap perubahan sikap ke arah yang baik,
nasehat itu selalu terniang di telingaku, maka dari itu aku ingin sekali
berbuat baik terhadap sesama, kali ini temanku Rasya mengajakku untuk
berkunjung ke Palang Merah Indonesia, Rasya dia anak muda yang gemar melakukan
donor darah setiap 3 bulan sekali, dan
saat ini ia mengajakku untuk melakukan doroh darah, awalnya aku takut, namun
nasehat yang telah mendarah daging ini membuat aku berani untuk melakukan
kebaikan.
Tak kusangka, ternyata banyak
sukarelawan yang melakukan donor darah, aku mulai mencatatkan namaku, dan
menunggu giliran untuk dipanggil.
Tak selang berapa lama, akhirnya
akupun dipanggil.
“Kepada Bapak Prastyo silahkan untuk
ke depan.”
Aku pun beranjak dari tempat duduk,
dan mulai memberanikan diri melangkah.
Baju lengaku mulai di angkat naik,
jarum itu membuat aku takut saat aku masih bersekolah dasar, kali ini aku lebih
berani untuk menantangnya, dokter wanita itu mulai mendekatkan jarum suntiknya,
dan, darah segar itu mulai mengisi tabung suntik itu, dan aku melihatnya.
“Alhamdulillah darahnya sudah kami
ambil, dan semoga apa yang bapak sumbangkan ini menjadi bermanfaat untuk orang
lain.” Ucapnya.
Aku tersenyum senang walau sedikit
rasa sakit yang aku tahan, saat aku hendak pergi dari tempat itu, seorang
perawat dengan tergesa-gesa menceritakan maksud hatinya kepada dokter perempuan
itu.
“Kita butuh darah golongan B, pasien
nomor 37 itu butuh darah itu, dan kondisinya sekarang sedang lemah.”
Ucapan itu sampai di telingaku,
dalam hati aku berkata, “Ini saat yang
tepat untuk melakukan kebaikan.”
“Maaf dok, aku mendengar ucapan
bu dokter, kebetulan darah saya B, dan saya ikhlas jika darah saya kembali
diambil.”
Dokter itu mengecek golongan
darahku, dan hasilnya benar, darahku kembali dihisap oleh jarum suntik itu, dan
kali ini hasil yang di dapat lebih banyak dari yang sebelumnya, sedikit aku
merasa lemas dibuatnya.
“Maaf dok, apa boleh aku bertemu
kepada orang yang darahku ini akan diberikan kepadanya?”
“Boleh pak, kalau begitu ikut saya.”
Terkulai lemas di atas pembaringan,
seorang bapak yang berusia di atas kepala 4.
“Bapak Suntoso perkenalkan ini Pak
Prastyo yang mendonorkan darahnya kepada anda.” Ucap dokter itu.
Pasien itu tersenyum.
“Terima kasih Nak, semoga kebaikan
anda membuat anda masuk ke dalam surga, dan bapak akan selalu mengingat
kebaikan ini.”
No comments:
Post a Comment