Monday, June 15, 2015

(57) Agus Prastyo : Setetes Kebaikan

Masjid menjadi saksi atas air mataku yang tumpah membasahi kedua pipiku, un taian nasehat dari seorang penceramah membuatku sadar akan berharganya satu kebaikan di dunia ini.
            “Ingatlah akan datang suatu masa di mana perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawaban di depan Rabbul Alamin Allah SWT, lalu apakah amalan yang dapat mengantarkan kita ke dalam surganya Allah? Kitasering kali membuat kebururkan dan sering pula kita menutup mata terhadap orang-orang di sekitar kita, ingatlah satu kebaikan akan mengantarkan kita menuju surga, mari selagi kita hidup alangkah indahnya jika kehidupan ini kita isi dengan penuh kebaikan.”
           
Nasehat itu meleburkan bebatuan di hati ini, entah berapa lama aku tenggelam dalam kehidupan yang kelam ini, aku ingin bangkit, namun sulit untuk melakukan itu, dan untaian nasehat itu membuat aku sadar betapa berharganya satu kebaikan.
            Namaku Prastyo usiaku saat ini 19 tahun, saat ini aku masih dalam tahap perubahan sikap ke arah yang baik, nasehat itu selalu terniang di telingaku, maka dari itu aku ingin sekali berbuat baik terhadap sesama, kali ini temanku Rasya mengajakku untuk berkunjung ke Palang Merah Indonesia, Rasya dia anak muda yang gemar melakukan donor darah setiap 3 bulan  sekali, dan saat ini ia mengajakku untuk melakukan doroh darah, awalnya aku takut, namun nasehat yang telah mendarah daging ini membuat aku berani untuk melakukan kebaikan.
            Tak kusangka, ternyata banyak sukarelawan yang melakukan donor darah, aku mulai mencatatkan namaku, dan menunggu giliran untuk dipanggil.
            Tak selang berapa lama, akhirnya akupun dipanggil.
            “Kepada Bapak Prastyo silahkan untuk ke depan.”
            Aku pun beranjak dari tempat duduk, dan mulai memberanikan diri melangkah.
            Baju lengaku mulai di angkat naik, jarum itu membuat aku takut saat aku masih bersekolah dasar, kali ini aku lebih berani untuk menantangnya, dokter wanita itu mulai mendekatkan jarum suntiknya, dan, darah segar itu mulai mengisi tabung suntik itu, dan aku melihatnya.
            “Alhamdulillah darahnya sudah kami ambil, dan semoga apa yang bapak sumbangkan ini menjadi bermanfaat untuk orang lain.” Ucapnya.
            Aku tersenyum senang walau sedikit rasa sakit yang aku tahan, saat aku hendak pergi dari tempat itu, seorang perawat dengan tergesa-gesa menceritakan maksud hatinya kepada dokter perempuan itu.
            “Kita butuh darah golongan B, pasien nomor 37 itu butuh darah itu, dan kondisinya sekarang sedang lemah.”
            Ucapan itu sampai di telingaku, dalam hati aku berkata, “Ini saat yang tepat untuk melakukan kebaikan.”
            “Maaf dok, aku mendengar ucapan bu dokter, kebetulan darah saya B, dan saya ikhlas jika darah saya kembali diambil.”
            Dokter itu mengecek golongan darahku, dan hasilnya benar, darahku  kembali dihisap oleh jarum suntik itu, dan kali ini hasil yang di dapat lebih banyak dari yang sebelumnya, sedikit aku merasa lemas dibuatnya.
            “Maaf dok, apa boleh aku bertemu kepada orang yang darahku ini akan diberikan kepadanya?”
            “Boleh pak, kalau begitu ikut saya.”
            Terkulai lemas di atas pembaringan, seorang bapak yang berusia di atas kepala 4.
            “Bapak Suntoso perkenalkan ini Pak Prastyo yang mendonorkan darahnya kepada anda.” Ucap dokter itu.
            Pasien itu tersenyum.

            “Terima kasih Nak, semoga kebaikan anda membuat anda masuk ke dalam surga, dan bapak akan selalu mengingat kebaikan  ini.”

No comments:

Post a Comment