Tuesday, June 16, 2015

(83) Milda Utari : Mengambil Hikmah dari Penderita Kanker

Tuhan menganugerahkan kehidupan bagi ciptaanNya di dunia ini dalam keadaan tidak ada yang sempurna. Ketidaksempurnaan yang diciptakan Tuhan merupakan kehendakNya, supaya manusia tidak menyombongkan diri dalam menjalani hidup. Namun, tidak ada satupun yang sia-sia. Meskipun tidak sempurna, setiap ciptaan tersebut dijadikan memiliki kelebihan masing-masing yang bisa membantu kekurangan dari ciptaan Tuhan yang lainnya.
Dari segenap ciptaan, manusia adalah makhluk terbaik yang diamanahkan untuk menjaga dan melestarikan alam. Kelebihannya terletak pada akal, keinginan, panca indera yang lengkap serta hati untuk merasakan. Apabila manusia mendayagunakan semua unsur yang dimilikinya, maka atas izinNya akan tercipta kelangsungan hidup yang sejahtera.

Jika potensi yang ada pada diri manusia terus dikembangkan, maka akan terlahir prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan. Prinsip dasar dapat dimaknai sebagai sarana untuk menjaga kestabilan hidup. Melaksanakan prinsip-prinsip terhadap sesama manusia, dapat menjadikan masalah yang berat teratasi dengan rahmatNya.
Salah satu contoh prinsip dasar adalah prinsip kemanusiaan. Bagi penulis sendiri, prinsip ini telah mempengaruhi cara pandang dalam menyikapi hidup. Ternyata, dalam kehidupan ini banyak sekali yang patut disyukuri. Betapapun sulitnya penderitaan, tetap ada yang bisa kita nikmati.
Bentuk syukur tersebut bermula dari pengalaman penulis ketika mengadakan penelitian di salah satu Rumah Sakit di Kota Padang. Saat itu, penelitian difokuskan pada radioterapis Rumah Sakit yang banyak menangani pasien penderita kanker. Pada waktu jeda penelitian, penulis memanfaatkannya untuk berkomunikasi dengan beberapa pasien dan keluarganya. Diantaranya adalah, penderita kanker didaerah kemaluan bawah, penderita kanker payudara, dan penderita kanker yang hampir sembuh.
Suatu nasehat baru yang seakan menyindir diri penulis untuk lebih mensyukuri nikmat. Seorang penderita kanker dikemaluannya sangat membutuhkan tidur yang lelap, namun dia tidak bisa memiliki posisi yang nyaman untuk tidur, duduk atau aktivitas lainnya, yang semua itu bisa dinikmati manusia umum. Lain halnya dengan penderita kanker payudara. Dia tetap terlihat tenang dan tersenyum karena keceriaan buah hatinya yang riang gembira menungguinya selama berobat. Padahal dibalik semua itu, ia seperti menahan rasa sakit yang tidak bisa diungkapkan. Sementara itu, ada lagi seorang penderita kanker yang hampir sembuh, meluangkan waktunya untuk menyiapkan minuman sehat yang nantinya akan disedekahkan bagi penderita kanker yang masih dalam masa terapi.
Sungguh itu semua adalah pelajaran hidup kemanusiaan yang begitu berkesan, karena berkesempatan untuk melihat langsung kondisi orang-orang yang diberi ujian sakit oleh Tuhan. Semakin mengharukan setelah penulis bisa mengetahui, bahwa dokter spesialis radiasi juga memberikan  penyuluhan rutin bagi penderita kanker dengan asupan semangat luar biasa bagi mereka.

Selanjutnya pada rutinitas hidup penulis, prinsip kemanusiaan dan prinsip lainnya seperti kesamaan dan kesukarelaan, menjadi acuan penulis dalam berinteraksi di lingkungan tempat tinggal. Meskipun belum sepenuhnya optimal, prinsip-prinsip tersebut ingin penulis hadirkan dalam kehidupan sehari-hari.

No comments:

Post a Comment