Bagi saya hidup adalah keramah tamahan. Sifat peduli
antar sesama, tidak membedakan suku, status sosial atau agama seseorang. Saya
beruntung dilahirkan ditengah-tengah keluarga serta lingkungan yang sangat
menghormati perbedaan. Kebersamaan, kedamaian, serta kearifan lokal membuat
saya bangga atas apa yang telah diberikan Tuhan. Karena tanpa campur
tangan-NYA, kehidupan saya takkan pernah setentram ini. Dasar kedisiplinan yang
diajarkan orangtua kepada saya, membuat saya menjadi manusia yang tangguh,
tidak gampang goyah dengan berkembangnya budaya barat yang dapat menggerus
nilai-nilai adab serta moralitas. Saya masih terus melangkah melawan
modernitas, disaat orang-orang mulai haus akan kekuasaan dan lupa darimana kita
berasal.
Saya lahir di Kepulauan Seribu Jakarta Utara, jauh
dari daratan serta selalu berdamai dengan ombak dan riuhnya angin. Tinggal
disini saya merasa nyaman dari kejamnya ibu kota. Rasa tanggungjawab menjadi
dasar dalam menjalankan hidup. Disini semua selalu bersifat gotong royong,
tidak apatis terhadap sesama. Tenggang rasa masih tercermin disaat pertumbuhan
perekonomian mulai secara perlahan menggerogoti masyarakat lokal.
Disini kita
semua belajar bahwa, hidup ini tidak selalu berbicara tentang keangkuhan
berpikir. Elite politik tidak selamanya terus menjadi diktator meraup untung,
feodalisme bukan hanya mereka yang mempunyai kekuasaan. Banyak yang bilang kami
kaum yang terbelakang, negeri yang tertinggal dari daratan. Kami sadar akan hal
itu, kami hanyalah kaum nelayan yang bertahan hidup bergantung pada arah angin.
Tapi mereka lupa, darimana ikan yang kalian makan? Darimana hasil laut yang
mereka hindangkan menjadi manusia yang berilmu. Kami tidak perlu rasa kasihan,
kami masih sanggung untuk mandiri dengan kebersamaan, sifat peduli, adab
kesopanan, serta masih mempertahankan identitas kultur saling berbagi disaat
masyarakat sedang mengalamai kesusahan.
Salah satu sifat kebersamaan masyarakat kepulauan
seribu yang saya jalani adalah pesta laut. Dimana kami sedekah bumi bersyukur
atas hasil laut yang melimpah buat kesejahteraan rakyat. Makna yang didapat
dari sini adalah menjauhkan sifat sombong, mempererat pesaudarahan serta
mendekatkan diri kepada Tuhan, bahwa masih ada Zat yang lebih besar untuk kita
bersyukur. Bahkan setiap bulan saya bersama-sama dengan masyarakat lainnnya
gotong royong membangun tanggul dan jempatan untuk menghubungkan pulau satu
dengan yang lainnya. Agar mudah diakses untuk anak bersekolah.
Disaat jaman telah berubah, teknologi mulai
berkembang. Pariwisata kepulauan seribu mulai menarik wisatawan. Devisa mulai
dikit-sedikit mengalir dikantong kami. Walaupun banyak pertentangan dengan
masuknya budaya asing dari luar negeri yang mulai menarapkan sistem kebebasan,
kami masih tetap mempertahankan kebudayaan lokal. Masih sama dengan selalu taat
kepada keparcayaan kami. Prinsip dasar kami adalah bagaimana menghargai
perbedaan tapi tetap selalu ingat dari mana kita berasal yaitu, dari bangsa
yang punya sifat peduli, kedisiplina, dan rasa tanggungjawab.
No comments:
Post a Comment