Kisah
ini saya torehkan dengan sesekali mengusap air mata yang tak sengaja jatuh. Ya,
ini kisah nyata tentang Penerapan
Prinsip Kemanusiaan, dengan menolong orang lain yang lebih membutuhkan bantuan,
saya persempit menjadi “indahnya berbagi dengan sesama”.
Saya
tinggal di Bogor, tidak jauh dari rumah saya, ada seorang kakek. Satu hal yang
paling menyentuh hati saya adalah, beliau masih berjualan gorengan di usianya
yang senja. Usia yang menurut saya sudah sepantasnya beristirahat dirumah,
bermain dan bercengkrama bersama cucu dan keluarganya. Tapi inilah hidup,
getirnya menggetarkan hatiku.
Sedikit
cerita di waktu yang lain, sepulang kerja, bertepatan dengan adzan magrib, dari
balik kaca angkutan yang saya naiki, saya melihat kakek itu mendorong
gerobaknya dengan lesu (karena memang tenaga dan fisiknya tak muda lagi),
dengan jarak ± 1 Km*),
menetes air mata saya, sesak batin ini, ingin turun dari angkutan dan memeluk kakek
itu.
*)sebelumnya
saya sempat bertanya kabar dan rumah kakek itu pada tukang ojek sekitar, karena
hampir 1 minggu saya tak melihatnya berjualan.
Saya
hanya berfikir, dan membatin “Ya
Tuhan, disaat semua orang pulang dengan rasa lelah dan berharap segera
menemukan kasur untuk istirahat, kakek itu mulai mencari rejeki, dikala hari
gelap, berharap ada orang yang pulang kantor dan sedia membeli gorengannya”.
Kakek
ini berjualan di depan pintu masuk sebuah perumahan, bersandingan dengan tukang
ojek, di pinggir jalan. Dengan gerobak kecil, sederhana, hanya diterangi sebuah
lilin kecil, yang barangkali saat ada angin sedikit kencang lilin ini akan
mati, dan sebuah tempat duduk kecil dari kayu.
Satu
cerita yang lain, lagi, sepulang kerja, kala itu Bogor sedang hujan dan
berangin. Tentu saja hawa dingin menusuk hingga saya sesekali mengusap badanku
yang kedinginan. Sengaja saya melihat kearah tempat kakek berjualan saat
angkutan saya melintas perumahan itu. Hanya do’a yang bisa saya panjatkan
dikala melihat gorengannya masih banyak, sudah layu karena mungkin sudah
digoreng sejak sore, dan kau membekap badanmu dari kencangnya angin. “Ya Tuhan, jagalah beliau dari
dinginnya angin dan hujan malam ini”. Dan air mataku menetes dibalik
saputangan.
Kakek,
kau sungguh menginspirasi saya, kau dengan usiamu yang senja masih berusaha
mencari rejeki yang halal, betapa mulianya dirimu, tak ingin mengemis atau
meminta-minta untuk segera mendapatkan uang. Kakek,
kau sungguh mengajarkan saya arti hidup, saya dengan usia yang masih muda harus
mau bekerja keras, tidak mudah putus asa, dan selalu berbagi. Kau mengubahku
menjadi pribadi yang lebih baik, menggugah hatiku untuk selalu berbagi dengan
yang lebih membutuhkan.
No comments:
Post a Comment