Monday, June 15, 2015

(51) Yuni Azrima : "Ma, Ini Prinsip di Umur 16 Tahunku Nanti"

Umurku genap 16 tahun pada 24 Juni mendatang. Aku salah satu dari sekian pemudi di negeri ini yang sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Aku ingat awal memasuki Juni lalu, Mama menanyakan prinsip hidupku toh aku sudah hampir 16 tahun. Sempat berpikir sejenak dan seketika itu aku ingat prinsip dasar PMR yang telah kuperlajari, kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan.
Menjadi anggota PMR tidak mudah dan harus memiliki dorongan dari diri yang kuat. Awalnya hanya ikutan teman sebangkuku dan alasan kami hanya iseng semata. Seiring berjalannya waktu, semula alasanku yang hanya iseng saja untuk menjadi anggota PMR musnah. Temanku hanya mampu bertahan 2 bulan dikarenakan kambuh hemophobia. Aku mulai menikmati tugasku sebagai anggota PMR.

Mama kemudian bertanya kembali dari ketujuh prinsip tersebut, prinsip apa saja yang kupegang kokoh. Aku ingat ketika ulang tahun Papa bulan September tahun lalu. Seorang teman Papa yang menderita asthenia limpa tiba-tiba muntah dan jatuh karena tubuhnya sudah sangat lemah ketika sedang mengobrol dengan Papa dan lainnya. Kejadian itu menarik perhatian para tamu yang lain. Tak tinggal diam, kudekati teman Papa itu. Dugaanku sementara ia keracunan makanan tetapi aku tidak tahu dengan pasti. Aku  teringat pesan Pembina, Kak Dio jika melihat orang keracunan, jangan kerumuni agar mendapat udara dengan leluasa tetapi cukup dengan meninggalkan penderita dengan ahlinya. Suasana pesta saat itu berubah menjadi menegangkan. Segera kuberitahu Papa untuk menginformasikan tamu agar meninggalkan ruang tamu sementara waktu.
Keadaan teman Papa masih seperti sebelumnya ketika tamu sudah keluar ruangan. Beliau masih muntah-muntah. Syukur saja agar racun bisa keluar. Saat itu, Kak Tomy sedang disampingku ikut membantu juga. Sekarang kami butuh minuman santan kelapa dan atau air kelapa hijau dan Kak Tomy pun keluar mencarinya. Kelapa hijau dipercaya dapat menawar racun dalam tubuh. Syukur Kak Tomy tak perlu jauh-jauh mencari air kelapa hijau. Sejak aku tinggal dirumah ini, pohon kelapa sudah berjejer rapi hingga halaman belakang rumah dengan tanaman obat lainnya. Kebetulan masih tersisa 3 kelapa hijau di rumah yang dipetik sekitar 2 jam yang lalu untuk persiapan pesta.
Melihat keadaan teman Papa, segera kuberikan minuman air kelapa segar tadi. Lalu beliau dilarikan ke Puskesmas 24 jam dekat rumah. Beruntung tidak fatal. Setelah mulai membaik, teman Papa itu memberitahuku bahwa sekitar 10 menit sebelum menghadiri pesta Papa, beliau sempat mengkonsumsi semangka dalam jumlah yang lumayan mengenyangkan. Ketika di pesta Papa, dikonsumsinya lagi sup daging kambing yang tersedia. Pantas saja beliau muntah-muntah. Semangka adalah buah yang “dingin” dalam makanan sedangkan daging sebaliknya “panas”. Apabila dikonsumsi secara bersamaan, apa jadinya. Lebih fatal jika sampai sangat terlambat, karena beliau penderita asthenia limpa. Syukur aku telah menerapkan prinsip kemanusiaan di lingkunganku terlepas dari jam ekstrakurikuler PMR. Kuceritakan pengalaman itu pada Mama. Pada saat ulang tahun Papa tahun lalu, Mama sedang di Bandung.

Mama masih iseng, ia tetap mempertanyakan prinsipku. Aku tetap berusaha meyakinkan Mama, kujelaskan dengan rinci prinsip yang paling utama dari PMR yang kupegang kokoh yaitu prinsip kemanusiaan yang bertujuan melindungi jiwa, kesehatan serta jaminan penghormatan terhadap umat manusia.

No comments:

Post a Comment