Monday, June 15, 2015

(67) Ayu Jati Puspitasari : Kita Semua Sama, Kita Semua Bersaudara

Sepuluh tahun yang lalu merupakan waktu ketika saya mengenal kepalangmerahan, tepatnya saat awal menduduki bangku sekolah menengah. Ketika harus memilih ekstrakurikuler, tanpa pikir panjang, saya langsung memilih PMR. Tidak ada yang memaksa, semua dari diri saya. Saya jatuh cinta pada dunia kepalangmerahan sejak awal mengikuti latihan. Meski perkenalan saya kepada kepalangmerahan berawal hanya dari ekstrakurikuler, namun seiring bertambahnya usia, saya menjadi lebih belajar dan memahami apa makna dari ketujuh prinsip kepalangmerahan. Mengedepankan rasa kemanusiaan dan kenetralan, tidak membeda-bedakan ras, suku, agama, bangsa, dan warna kulit. Kesamaan. Ya, kita sama-sama manusia yang memiliki hati dan rasa kepedulian.
            Kepalangmerahan tidak hanya menjadi kegiatan untuk mengisi waktu luang atau pengalihan sejenak dari dunia belajar. Tapi dari sanalah, saya belajar banyak hal. Saya belajar untuk memberikan pertolongan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung pada gerakan palang merah. Beberapa kali saya membantu memberikan pertolongan pertama kepada teman saya mengalami kecelakaan. Meskipun saya tidak dapat menyembuhkan, tapi dengan memberikan pertolongan pertama dapat mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti infeksi.

Pengalaman pertama saya ketika memberikan pertolongan pertama adalah teman saya, Reny, yang terjatuh dan kakinya terluka akibat terkena besi beton di lapangan sekolah. Dengan bermodalkan tas latihan PMR, saya mencoba membersihkan dan menutup lukanya dengan kasa steril, kemudian membawanya ke seorang dokter. Beruntung, Reny tidak mengalami tetanus. Dokter mengatakan lukanya ditangani dengan baik dan Reny dapat segera sembuh. Ajaran kepalangmerahan juga membantu saya ketika kakak saya mengalami kecelakaan yang cukup parah. Mulai dari luka-luka di sekujur tubuh hingga harus bed rest akibat benturan yang cukup parah di kepalanya. Atas pengalaman latihan, saya dapat merawat kakak saya, mulai dari mengganti perban, membersihkan luka, hingga membantu melakukan apapun, seperti membersihkan badan dan makan di tempat tidur.
Beberapa kali juga saya menjadi panitia penggalangan dana korban bencana. Yang paling saya ingat saat itu adalah penggalangan bantuan untuk korban gempa bumi Padang pada tahun 2010. Dibantu oleh teman-teman sekelas, kami mulai memberikan pengumuman ke tiap-tiap kelas, mengumpulkan bantuan, mencatat segala jenis bantuan, hingga mendistribusikan pada Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo. Semua kami lakukan dengan ikhlas dan tulus.
            Meskipun ketika kuliah saya tidak menjadi anggota KSR, saya tetap senang dapat menolong teman-teman. Kecintaan saya pada gerakan ini membuat saya memutuskan untuk mengambil topik tugas akhir yang berhubungan dengan kesehatan. Sekarang saya tengah menyelesaikan tugas akhir dengan topik instrumentasi medis. Saya memiliki cita-cita membuat alat-alat kesehatan yang akurat, murah, dan dapat digunakan dengan mudah. Harapan saya, setiap orang menjadi lebih peduli terhadap kesehatan mereka sendiri kemudian menyalurkan kepedulian tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

Entah mengapa, ketika saya dapat membantu seseorang yang memerlukan pertolongan, saya merasa senang. Bukan senang karena penderitaan orang lain, tetapi ada rasa kepuasan yang timbul ketika selesai menolong. Terlebih jika melihat orang yang telah kita tolong menjadi sehat seperti semula. Saya tidak peduli siapa atau apa latar belakang orang yang saya tolong. Selama saya mampu, akan saya bantu. Saya percaya, prinsip kepalangmerahan tidak hanya untuk anggotanya saja, tetapi untuk siapapun. Karena kita semua sama, karena kita semua bersaudara.

No comments:

Post a Comment