“Tuhan memang satu. Kita yang tak
sama. Haruskah aku lantas pergi?”, sepenggah lirik lagu Peri Cintaku itu seakan
mengingatkan kita bahwasannya setiap manusia memiliki sebuah perbedaan dan karenanya
setiap manusia tidak dapat dipersatukan. Apakah hal tersebut benar? Tentu saja
TIDAK! Banyak yang perlu kita perdalam, yaitu tentang perbedaan, seperti sampai
batas manakah kita menegakkan perbedaan tersebut. Jawabannya tentu saja sebatas
tidak menggoyahkan keimanan dan kepercayaan kita. Diluar itu kita haruslah menegakkan bahwasannya
setiap manusia adalah sama, sama-sama diciptakan untuk saling menolong satu
sama lain tanpa adanya melihat agama, ras, dan golongan. Aku adalah salah satu
orang yang banyak diberikan kesempatan mengalami indahnya perbedaan.
Aku adalah seorang muslim yang lahir
prematur, lahir disaat yang tak terduga, jauh dari waktu yang diperkirakan.
Kurang lebih 20 tahun yang lalu, Ibu dan Ayahku sedang mengunjungi suatu daerah
dimana bukan kediaman mereka. Ditengah perjalan mereka, tiba-tiba Ibuku
merasakan sakit di perutnya yang luar biasa. Akhirnya, Ibuku dirujuk ke Rumah
Sakit Katolik. Meskipun itu Rumah Sakit Katolik, mereka tidak menelantarkan
Ibuku yang sedang berjuang menahan rasa sakitnya, mereka tetap memberikan
pertolongan terbaik agar dapat menyelamatkan Ibuku. Akhirnya dokter dengan
tanggap datang dan memutuskan untuk operasi caesar
di tengah malam. Notabennya di tengah malam, dokter spesialis kandungan tersebut
tidak sedang dalam jam praktek, pihak Rumah Sakit sangat mengusahakan dokter
spesialis kandungan hadir di masa-masa yang sangat krusial tersebut.
Saat sekitar umur 4 tahun, Aku
hijrah untuk tinggal ke DKI Jakarta. Sejak umur 4 tahun itu Aku memiliki dokter
langganan, spesialis anak, yang berketurunan Tionghoa. Meskipun dokter itu
sangat kental akan keturunan Tionghoanya. Ia tidak pernah sedikitpun
merendahkan diriku yang hanya pribumi biasa. Ia juga bukan dokter yang
“matrealistis”. Ia justru jujur dan memberikan usaha yang terbaik bagi
pasiennya. Bukti nyata baiknya hubungan kami adalah jika diriku jatuh sakit,
hingga saat ini Aku masih selalu berobat ke dokter tersebut. Usia ku saat ini
adalah 20 tahun. Padahal dokter tersebut merupakan dokter spesialis anak. Tidak
ada salahnya saling menolong meskipun kita berbeda suku dan budaya. Justru hal
tersebut akan menghantarkan kita kepada pengetahuan yang lebih luas dan
indahnya kebersamaan.
Intinya, ketujuh (Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan,
Kesatuan, Kesemestaan) prinsip dari Palang Merah harus tetap ditegakkan
seluruhnya karena saling berkaitan. Saat ini kita
hidup di era globalisasi dapat berjumpa dengan berbagai orang dengan latar
belakang suku, agama, dan ras, yang berbeda. Apabila kita menerapkan salah satu
prinsip itu dengan sungguh-sungguh maka, hal itu akan merambat kepada
prinsip-prinsip lainnya. Dengan tujuan akan ada suatu titik dimana kita bisa
menerapkan semua prinsip tersebut.
No comments:
Post a Comment